Rabu, 06 Juni 2012

Fenomena “E” Pada Logat Bahasa Jawa Tengahan




          “E” merupakan bahasa yang tidak baku dalam kosa kata bahasa jawa. Kedudukannya sebatas tambahan dalam suku kata yang menunjukan penekanan terhadap suatu keterangan. Keterangan tersebut bisa berupa kata benda, kata sifat maupun kata kerja. Letak dari “E” juga bisa berada pada awal kata maupun akhir kata. Namun demikian tidak berpengaruh pada arti hanya sebatas penekanan yang menunjukan ekspresi gumun atau heran dan percaya.
          Beberapa wilayah di Jawa Tengah logat penambahan “E” masih banyak ditemukan. Misalnya di Tawangmangu kata “iyo” banyak yang menambah dengan logat “E” menjadi “e...iyo”. di daerah Kudus, kata “ngono” juga di tambah dengan logat “E” menjadi “e....ngono”. di Boyolali kata penggunaan konsonan tersebut pada kalimat “eee.... tobil anak kadal”. Sedangkan di Surakarta sendiri “E” juga sering dipakai untuk beberapa logat seperti “e e e . . . jan tenan kok”. Berdasarkan keterangan diatas yang menarik bukan dari arti ataupun maknanya tetapi logat atau nada yang terkandung di penambahan “E” itu sendiri. Penambahan “E” pada awal kata maupun kalimat tersebut grafiknya naik, dalam arti nadanya meninggi. Hal serupa juga terdapat pada lagu “e e e..... pakne thole”. Ini menunjukan bahwa adanya penekanan terhadap huruf konsonan yang menggunakan peralihan nada. Nada-nada tersebut apabila diamati dengan seksama sulit untuk dimasukkan dalam katagori tangga nada diatonik ataupun pentatonik.
          Notasi sederhana pada pola bentuk logat “e” yang terdapat di beberapa daerah tersebut memiliki struktur nada yang berbeda-beda. Seperti contoh logat di boyolali.
                                     1  1 j12 1 . . . . . . .
E   e   e    .   tobil anak kadal.
Selain pada nada penekanan terhadap tempo cepat lambat bunyi juga mempengaruhi logat bahasa tersebut. Misalnya pada daerah Tawangmangu jarak antara nada konsonan “e” dengan kata baku dekat dan tidak sejauh dengan logat “e” yang berada di daerah Kudus.      
Tawang mangu :            “e . . iyo”
Kudus               :            “e . . . . . ngono”
Nada-nada tersebut sebenarnya muncul dan lahir di masyarakat dan sudah menjadi satu bagian yang sulit untuk dicari awal mula penggunaannya. Namun demikian keberagaman konsonan dibeberapa wilayah tersebut menggunakan “e” bukan “ e’ ” ataupun “ ’e ”.
Hal serupa juga terdapat pada bahasa pedalangan yang biasanya terdapat pada logat wadyabala buta. Kata “e . . . lha dalah”, “e e e e.... bojleng-bojleng iblis laknat podo jejegalan”. Penekanan intonasi dan nada jelas terlihat dan dibentuk sedemikian rupa sehingga akrab di telinga pendengar. Nada-nada yang digunakan pada seni pertunjukan tersebut berpedoman pada nada-nada slendro ataupun pelog. Namun demikian pada penerapannya tidak selalu sesuai dengan nada-nada yang ada pada tangga nada slendro maupun pelog (sesuai dengan intuisi).
Dengan demikian pada dasarnya logat ditentukan dengan intonasi dan rangkaian nada-nada sesuai dengan nada lokal/kedaerahan masing-masing. Penggunaan konsonan “e” yang tersebar di beberapa wilayah Jawa Tengah tersebut hampir sama artiannya.

1 komentar:

  1. Harrah's Lake Tahoe Casino and Hotel - MapYRO
    South Lake Tahoe Casino 남원 출장안마 and Hotel is the perfect 하남 출장안마 venue for 전주 출장안마 an entertaining trip to 여수 출장샵 Tahoe or for an 경상북도 출장안마 entertainment opportunity

    BalasHapus